Monday, January 18, 2010

:Lagi-Lagi BodogoL:















BodogoL terLetak di Taman NasionaL Gunung Gede Pangrango-Sukabumi, Jawa Barat. JaLan masuknya bisa meLaLui Lido *kebetuLan yg saya tau cuma itu JaLan masuknya*
Pertama kaLi kesana, tentu aJa ketika peLantikan anggota BSO Comata di BioLogi. DuLu sih, daLam rangka iseng2 mengisi Liburan:p. AwaLnya cukup kapok dengan perJaLanan kesana yg g sampe2, hahaha.. dan pernah biLang kLo g bakaLan kesana Lagi. Tapi, maLah baLik Lagi baLik Lagi, hahaha!! ituLah anehnyaXD
Mungkin saya beLum sebanyak kakak2 senior yg udah berkaLi-kaLi kesana. Tapi, setiap perJaLanan pasti memiLiki kisahnya masing-masing. kaLi ini, perJaLanan saya ditemani oLeh Oka dan Topan. Kita bertiga emang g barengan sama panitia dan peserta PELITA (PeLantikan Comata) kaLi ini, karena ada satu dan Lain haL.
Nah, buat yg beLum tau kaLo kesana ngeteng naik apa, nih saya kasih rutenya.. naik kereta dengan tuJuan Bogor dengan ongkos 3000 (dari st. UI), udah gitu sampe di st. Bogor naik angkot no. 02 ke Sukasari (ongkosnya kLo g saLah 2000), trus dari Sukasari nyambung Lagi naik ankgot ke Curug (Sukabumi) yang bayarnya 5000 *padahaL Jauh n macet*. Dan minta sama abang supirnya buat berhenti di Lido. Dan voiLaaa,, sampai Lah kita di Lido. Dari Lido ke BodogoL masih Lumayan Lah kLo JaLan kaki mah.. kaLo kemarin kita sampe Lido Jam 4an, trus JaLan kaki sampe BodogoL, mungkin bisa sampe Jam 7 maLam. Tapi ada aLternatif Lain, yaitu bisa naik oJek sampe ke Kantor Taman NasionaLnya dengan harga 10.000 rupiah. Jdi kaLau mau kesana, masih cukup terJangkau Lah harganya..
SeteLah meLewati perJaLanan yg cukup aneh, kadang uJan kadang nggak, ketemu orang giLa di Pasar.. akhrinya sampe Juga deh di BodogoL.. ciihhhuuu.. karena kita datangnya teLat, Jdi g mengikuti acara2 di awaL. Tapi JuJur saJa, kami kesini dengan tuJuan berLibur seteLah penat dengan Laporan KP *akhirnya seLesai Juga* dan menginginkan JaLan2, hehhe.. tapi sayangnya, peserta kaLi ini dari angkatan 2006 cuma 4 orang, ditambah 2 yang puLang duLuan. Hikkzzz.. *saya mengerti kawan, kaLian semua sibukkkL*
Biarpun cuma berempat, dan saya yang paLing cantik satu2nya, tetap tidak mengurangi kehebohan disana. waLaupun saya sudah pensiun dari dunia konsumsi, tapi tetap sedikit membantu, at Least sebagai supervisor, heheh.. dan yg cowo2 pada sibuk buka Vegas áLa BodogoL (Playing Card aLL Long night).
Menurut cerita si IqbaL, Oka, n Topan *karena gw udah tidur* pas mereka Lagi maen kartu maLem2 dengan asyiknya. Tau2 ada suara menggeram (Grrrr...) dari daLam hutan g Jauh dari tempat mereka main kartu. Kadung takut, mereka ngumpet di dapur. Trus keLuar sebentar karena dipikir udah g ada, eehh,, gataunya masih ada suara menggeramnya.. hahaha.. *sukurinnn.. sapa suruh main kartu maLem2* dan ternyata, kata Jagawana disana, yg menggeram itu ya Big Cat yg ada disana.. hiiiiyy.. *main kartu dengan taruhan nyawa*
Besoknya, seperti biasa.. Pengamatan satwa Liar yg ada disana. KeLompok saya kebagian di JaLur Cikaweni. G begitu suLit medannya. Dan cukup singkat perJaLanannya, hehehe.. kaLo Lagi beruntung, di BodogoL sana kita bisa ketemu Owa Jawa, Lutung, SuriLi, Kukang, kucing hutan, babi hutan, kanciL, mungkin Juga Macan tutuL.. trus ada Juga burung Elang, burung Srigunting dan Lainnya. Ada Juga katak pohon, uLar, kupu-kupu dan capung yang berwarna bagus.. Nice..
Acara puncak yg ditunggu sama peserta PeLita adaLah peLantikan anggota Comata. Acaranya berLangsung dini hari, sekitar Jam 2 an. Sayang cuaca tidak mendukung, huJan sepanJang maLam, tapi.. the show must go on.. dan akhirnya acara peLantikan pun tetap berLangsung waLaupun huJan.. SeLamat datang para anggota baru Comata 2010. Smoga kaLian bisa meneruskan estafet kepengurusan Comata berikutnyaJ, dan bisa Lebih baik dari angkatan2 terdahuLu.
SaLam Lestari, SaLam Konservasi!!








Saturday, January 16, 2010

.:Marah:.


Ughh.. Aku membencinya!! Amat sangat! Tak heran, banyak orang biLang bahwa JanganLah mencintai sesuatu terLaLu berLebihan, akan sangat dekat dengan benci pada akhirnya. Mungkin haL itu yang terJadi padaku.
Tak mengapa aku membencinya. Dia pantas mendapatkannya. Aku tak ingin dipermainkannya Lagi. Sakit rasanya. Jika bisa kuLudahi, sudah kuLudahi dia! Tega sekaLi dia mempermainkan hatiku. Rasanya rasa benci itu beLum cukup untuknya bisa merasakan sakitnya hatiku.
Bukan, bukan berarti aku tidak berusaha memaafkannya. Sudah beruLangkaLi rasanya batinku berperang meminta untuk memaafkannya. Ahh, tapi Lagi-Lagi, begitu aku berhadapan dengannya, aku rasanya ingin memukuLnya. Dasar, tak tahu diri!! Masih Juga dia menemuiku. Tak JeLas maunya apa.
Huuhh.. coba JeLaskan apa saLahku?? Apakah aku terLaLu baik dan naif, hahh? Ya, JeLas aku keLiru, sangat!! Tapi, tak bisa kuingkari dan kusesaLi, semuanya sudah terJadi. BiarLah. Tapi yang penting, tak ada kata meratapi apa yang teLah terJadi daLam kamusku. Hidup harusLah berJaLan, kawan..
Dan satu haL Lagi, tuhan maha mendengar. Dia tau yang terbaik. Percaya saJa, bahwa ada rencana Lain yang Lebih indah ketika waktunya tiba. Dan apa yang ditabur, akan dituai pada akhirnya.
PenyesaLan. Mungkin haL itu yang dirasakannya. Tapi, aku muak mendengar permohonan maafnya. Anda terLambat bung. Dari duLu anda kemana saJa? Tidakkah kau pikirkan akibatnya sebeLum kau memuLainya? Dasar manusia bodoh!
Ahh.. Tega sekaLi diriku ini. Toh tuhan saJa maha pemaaf. Masa aku makhLuknya tak bisa memberi maaf pada makhLuk yang Lain? Tapi, Lagi-Lagi aku membenarkan egoku. Bahwa, dia pantas tidak mendapatkan maafku. Dia harus tahu kesaLahannya, membiarkan satu hati teLah hancur.
Hei bung.. Jangan bermain-main denganku! Harus kau tahu, Jika aku mempercayaimu, aku tak akan main-main dengan komitmenku. Tapi, Lihat yang kau buat? Kau berbohong, dan rusakLah sudah. Penghianat! Tak akan ada Lagi rasa percayaku. Dimataku kau tak Lebih dari sekedar pembohong, dan.. munafik!
Aku memang bukahLah tanpa ceLa dan memang hanyaLah manusia biasa, sama seperti mu. Tapi, aku tahu Jika aku tidak suka dipukuL, aku tak akan memukuL. Karena aku tahu, rasanya sakit. Tapi, dengan keLemahanku yang kau tau, kau memukuLku terLebih dahuLu. Cukup sudah kesabaranku.
Aku sudah pernah biLang, Jangah hubungi aku Lagi. Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Tak ingin kau ganggu. ToLong hargai dan hormati hidupku saat ini. Dan aku tak akan mengganggumu. Cukup adiL kan? Aku akan bersedia meLupakannya. WaLaupun, tak akan pernah bisa kuhapus sampai bersih dari ingatanku. Tapi dasar pecundang, Lagi-Lagi dia mengingkarinya. Mau apa Lagi dia? Katanya dia hanya ingin bertemu denganku untuk terakhir kaLinya, tapi aku tahu, itu hanya aLasannya saJa agar dapat menemuiku. Dan dia tetapLah seorang pembohong dimataku. Tak akan bisa berubah Lagi.
Aku tak peduLi, apa yang dipikirkannya tentangku. Entah dipikirnya aku arogan, angkuh, sombong, pengecut, entah apa Lagi. Tapi, aku hanya ingin meLindungi diriku sendiri. Bukankah mawar yang indah membutuhkan duri sebagai peLindungnya? Penegasan, bahwa aku tak bisa Lagi kau sentuh. SeuJung pun!
*Perhatian: Cerita diatas hanya fiktif beLaka. ApabiLa ada kesamaan nama, tokoh, cerita, dLL. HaL itu bukanLah suatu kesengaJaan*

Thursday, January 7, 2010

Izinkan Aku

Waktuku tak Lagi banyak di dunia ini. Penyakit ini, Leukimia. TeLah Lama ia bersarang daLam tubuhku. Segalanya sudah kuLakukan. Aku sebenarnya sudah LeLah dengan segaLa macam terapi ini. Dan, akhir buLan LaLu, dokter memvonisku. Tak Lebih dari 8 buLan Lagi. Hanya diam. Aku sudah tak bisa menangis, kering air mataku.

ALLah, Rabb, aku bahagia pernah hidup seLama 20 tahun ini. MemiLiki keLuarga yang sangat menyayangiku, mami, papi, dan dua anak asuhku, yang teLah aku anggap seperti anakku sendiri, yang memberi warna pada hari-hariku. Aku memiLiki beberapa teman yang seLaLu menemaniku terapi, dan beberapa buLan terakhir ini ada dia, ya.. Dia yang beLum pernah kutemui, tapi aku merasa ingin seLaLu bersamanya. Aziz.
Mungkin aku harus bersyukur, tak banyak orang yang tahu kapan aJaLnya tiba. Dan aku masih memiLiki waktu untuk mempersiapkan kematianku, mempersiapkan amaLanku. Tapi, entahLah, apa itu cukup nanti untuk bercakap dengan MaLaikat penguasa Alam Barzakh? Tapi kasihan papi dan mami, mereka akan kehiLangan ku, anak satu-satunya. Apakah mereka bisa kuat? Aku tak ingin mereka cemas dengan penyakitku ini. Aku seLaLu berusaha untuk seLaLu kuat, tabah dan ceria menghadapi penyakit ini. ALLah, aku sangat menyangi mereka. Sayang, hanya sampai 8 buLan kedepan aku masih bersama mereka. Orang tuaku hancur ketika mengetahui penyakitku, mereka mencari segaLa cara agar menyembuhkanku, tapi sayang, tak ada sumsum tuLang mereka yang cocok untukku. Yang bisa para dokter itu Lakukan saat ini adaLah memperpanJang masa hidupku, yang berarti memperpanJang penderitaanku. Tapi, JuJur saJa, yang kurasa maLah semakin menyiksaku. Sakit rasanya. Dan bagaimanakah rasanya mati??

Aku seringkaLi aku LeLah menghadapi semuanya. Disaat wanita Lain sedang banyak meLakukan aktivitas mereka, aku terbaring Lemah di bangsaL rumah sakit, sepi ditempat itu. Seperti menyedot sisa kehidupanku. AwaLnya aku pun tak pernah mau kompromi dengan penyakitku, ini bentuk ketidak adiLan pada hidupku, kadang aku menggugat, tapi tak berdaya. Tapi seringkali di kesendirian ranJang rumah sakit, seLang infus, tabung oksigen, transfusi darah, kemoterapi, aku merasa aku semaki dekat dengan penciptaku. Aku merasa Dia berbicara padaku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memakai JiLbab, dan beLaJar agama Lebih baik Lagi. Aku ingin memperbaiki diri disisa umurku ini.

AlhamduLiLLah, aku mengenaLnya. Ya, waLaupun ia tidak pernah hadir daLam hidupku sebeLumnya, beLum pernah mengenaL dan meLihatnya secara Langsung. Seandainya aku bisa mengenaLnya Lebih awaL. Tapi, tak ada waktu Lagi untuk menyesaL, hanya sedikit waktuku.

Laki-Laki itu, Aziz. Dia kuLiah di AL-Azhar, Cairo. Sedangkan aku di sini, di Indonesia. Lewat dunia maya Lah aku mengenaLnya. Karena seringkaLi aku tak bisa beranJak kemanapun ketika terapi, dan hanya memiLiki sedikit fasiLitas untuk berkomunikasi. AwaLnya aku hanya ingin berdiskusi masaLah agama padanya. Dia beLaJar Fiqh IsLam disana. Usianya pun tak Jauh beda dari ku. Pertanyaan-pertanyaan ku diJawabnya dengan memuaskan. Dan, entah seJak kapan, dia terLihat begitu besar dan berarti daLam hatiku, tanpa kusadari. PadahaL, dia tidakLah istimewa, hanya Laki-Laki biasa. Sangat biasa maLah. Tapi, seandainya umurku panJang, aku ingin ia menJadi imam untukku dan anak-anakku keLak, ya itu hanya andai-andaiku saJa. SiapaLah aku ini? Hanya mayat hidup! Rasanya aku ingin berteriak.
Suatu maLam di rumah sakit, “Apakah kau mau menikah denganku Naura?”

Aku senang. Sungguh!! Tapi aku maLah menangis, tak apaLah toh dia tak bisa meLihatku. Langsung aku putuskan koneksi internetku. Dia tahu keadaan hidupku. Kenapa dia mengatakan haL itu? Hanya itu yang aku pikirkan. Apakah dia hanya sekadar memberi harapan kosong padaku? LagipuLa mengapa dia memiLihku? PadahaL aku ini perempuan penyakitan yang sebentar Lagi akan menemui aJaLku. ALLah.. aku harus apa?

Esoknya, “Mengapa tak kau baLas Lamaran ku kemarin? “. Lagi, “Apa kau marah padaku Naura?”. Lagi, “BaikLah kaLau begitu, aku akan puLang besok. Aku akan meLamarmu. TungguLah. Dan aku mohon, tetapLah bersinar, seperti namamu.”

Tiga hari kemudian, ternyata dia benar-benar puLang ke Jakarta. Aku tahu dari temanku yang Juga mengenaLnya. Ya ALLah, ternyata dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Apa yang harus aku katakan Jika dia datang?

Dan esoknya, dia datang menJengukku bersama temanku. Tak berani aku memandang waJahnya. PadahaL seLama ini aku memendam kerinduan yang amat sangat padanya. Dia seperti yang aku bayangkan seLama ini.
“Naura, apa kabar?”, Dia tersenyum.
“Baik, aLhamduLiLLah, masih hidup”. Kami tertawa bersama.
“Apa kau marah padaku?”, tanyanya.
“Tidak. Sungguh”, Jawabku.
“Kenapa kau tak menJawab Lamaranku?”
“Apa aku harus menJawabnya? Sedangkan kau sendiri Juga tahu apa yang terJadi padaku?”, dan aku mengeraskan hatiku untuk tetap pada pendirianku. ALLah, seandainya ia tahu bahwa aku Juga mencintainya. Tapi aku tak ingin menghancurkan hidupnya dengan kesedihan kehiLangan diriku Jika aku menerima Lamarannya dan kenangan tentangku yang tak akan pernah pudar ketika aku menginggaL. Karena hidupku tak akan Lama.
“Aku tak tahu Naura, aku tak tahu apa Jawabanmu”
“Maafkan aku Aziz, tapi aku tak bisa. PuLangLah.”

SeteLah kepergiannya hari itu, aku menangis. Ada sedikit penyesaLan daLam diriku, mengapa tak kuterima saJa Lamarannya? Tapi, kupikir ini yang terbaik. Aku tak akan pernah bisa membahagiakannya, seperti wanita-wanita Lainnya yang sehat. Apakah ini benar ya Rabb??

Ketika aku bangun di pagi hari, ada emaiL masuk ke inbox emaiLku. Dari Aziz. Berdegup Jantungku membacanya.

“AssaLamuaLaikum WarahmatuLLah Wabarakatuh.
Naura, namamu berarti bintang yang bersinar, apa kabarmu? Aku meLihatmu kemarin, kamu tampak sehat. WaJahmu seperti namamu.
SeJuJurnya aku kecewa mendengar Jawabanmu. Tapi aku hargai keputusanmu. Aku tak ingin tahu aLasanmu mengapa kau menoLakku, aku hanya ingin memberitahukan aLasanku mengapa aku memutuskan untuk meLamarmu, mungkin kau teLah saLah meniLaiku. Tidak, aku tidak kasihan padamu. Aku Juga bukan orang yang hanya terpesona oLeh kecantikan fisikmu, bukan itu. Tapi cintaku tuLus untukmu. Dan cinta yang hakiki hanya miLik ALLah, oLeh karena itu, aku menginginkanmu untuk menJadi isteriku. Keputusan itu aku ambiL tidak daLam waktu yang singkat, aku memikirkannya baik-baik. Aku pun sadar, Jika nanti kau akan meninggaLkanku karena penyakitmu. Dan aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu, seperti kau mempersiapkan kematianmu. Walaupun semua itu hanya vonis yang diberikan dokter, bukan yang diberikan ALLah, tuhan kita! Aku ingin kita terus berikhtiar.
Izinkan aku Naura, untuk menemani sisa umurmu, merasakan sakit mu, meringankan bebanmu. Izinkan aku Naura, untuk menggenapkan separuh agamaku, separuh agamamu. Izinkan aku Naura, meLihat sinar bintangmu. Izinkan aku Naura,untuk menJadi imam-mu. Aku hanya ingin sedikit memberimu kebahagiaan di sisa waktumu. Izinkan aku.-Aziz-”

Basah. Ada yang menetes dari mataku. Aku menangis bahagia dan haru. Ya, dia Lah orangnya. Izinkan aku menggenapkan separuh agamaku ya Rabb..

*Based on true story*

Monday, January 4, 2010

:RefLection:

“Seperti cermin yang memantuLkan bayangan. Tak berbohong, JuJur, dan apa adanya. Apa yang memantuLkan, sama dengan yang dipantuLkan.”

Hari sudah beranJak maLam. Dan mataku beLum terpeJam, aku baru seLesai mandi. Tak bisa tidur, seperti biasa. Entah apa yang merasukiku, tau2 aku terfikirkan sesuatu. Mungkin agaknya aku masih baru tersadar akan waktu yang demikian cepat berLaLu. Ya, sudah tahun baru saJa. Sekarang sudah tanggaL 5, beLum terLambat rasanya membuat suatu ‘Garis Besar HaLuan Diri’. Tahu-tahu, aku sedih sendirian. Mungkin sudah banyak haL sia-sia yang aku LaLui seLama ini. BeLum terLambat memang untuk berubah, seLagi masih ada waktu.

Di tahun ini, Jika ALLah menghendaki, aku akan menginJak usia 22 tahun buLan Agustus nanti. Masih Lama memang. Tapi, tanpa terasa saat itu akan tiba, mungkin tanpa kusadari. LaLu, apa yang teLah kuLakukan seLama ini? Rasanya seperti tenggeLam daLam rutinitas tanpa angan dan kreativitas. Aku seperti terLena akan hidup yang berJaLan Lurus dan muLus, kadang memang ada riak keciL, tapi tak banyak. Dan seJauh ini, aku berhasiL meLaLui semuanya dengan baik. Tak mau bersombong, tapi rasanya yang kuinginkan dapat dengan mudah atau dengan usaha yang sedikit, bisa kucapai. Sampai aku sendiri pun heran, dari mana datangnya keberuntungan itu? Dan, haL itu membuatku Lebih bersyukur. Banyak sekaLi nikmat dan kemudahan yang ALLah berikan padaku.

2010. Kupikir, tahun ini akan sedikit berbeda. Aku sudah diuJung, mahasiswi tingkat 4. Dengan tanggung Jawab pada orang tua untuk cepat LuLus kuLiah dan sedikit meringankan bebannya. Aku ingin LuLus tahun ini, akhir tahun paLing Lambat. Tak main-main Lagi. WaLaupun tadinya aku ingin menikmati kuLiah S1 sedikit Lebih Lama. WaLaupun sempat terfikir oLehku, sampai saat ini, aku masih saLah Jurusan. Tapi, qodaruLLah, mungkin ini Lah yang terbaik yang bisa kucapai, aku harus bersungguh-sungguh.

22 tahun, Agustus nanti. Rasanya, sudah waktunya untuk matang. Tapi, aku sendiri tidak merasa seperti itu. Aku masih ingin mengingkari waktu dan menganggap waktu masih bisa menunggu untukku. Tapi, kaLi ini tidak akan Lagi. Its time to growing up! Aku harus Lebih berbenah. Sedikit demi sedikit, insya ALLah. DimuLai dengan Langkah-Langkah keciL, dan semoga bisa istiqomah.

Dan cinta. ApaLah dia? Tak ingin Lagi bermain-main dengan kata itu. BiarLah waktunya tiba. Bukankah haL yang demikian itu Lebih indah Jika masih misteri? Dan yang teLah berLaLu, cukupLah menJadi peLaJaran untukku, untuk mengerti dan memahami cinta yang sebenarnya. Tak perLu ada yang kusesaLi, biarLah ia terLupa, usang, dan pudar dimakan waktu. Kusimpan hati ini baik-baik, sampai saatnya tiba untuk kuberikan pada seseorang nantinya. Orang yang pantas.

"BismiLLah.. aku ingin memuLai, dengan suatu niat yang baik. Semoga bisa istiqomah daLam Langkah-Langkah keciLku”