Setelah tadi saya cerita yang enak-enak tentang trip saya ke Pulau Biawak, saya mau cerita tentang kejadian-kejadian disana, baik yg lucu, aneh, sedikit spooky, terus menyebalkan juga..
#1. Insiden Batu atau Tai?
Di bagian 1 tadi, saya sudah menceritakan secara sekilas kondisi fasilitas di Pulau Biawak. Untuk urusan kamar mandi, sebenarnya menjadi point penting untuk saya. Karena WC merupakan komponen vital untuk urusan cuci mencuci, mandi memandi, dan buang air tentunya. Di Pulau Biawak cuma ada satu WC, untuk penghuni pulau Biawak dan juga tamu-tamunya. Hmm.. keadaan WC nya sih, mirip-mirip MCK pada umumnya. Well, g bisa dibilang nyaman sih. Tapi seenggaknya, masih tertutup.
Seperti biasa, buat yang pencernaannya lancar, pagi-pagi pasti pada setoran pagi sebelum melakukan aktifitas. Sebelumnya, untuk memperlancar buang air, biasanya saya pancing dulu pakai camilan ky susu dan cornflakes. Dan, g lama saya pun berasa mules. Buru-buru lah saya ke WC. Ternyata eh ternyata, di lubang WCnya udah ada 'makhluk-nya' dan baunya pun kemana-kamana.. Err.. Well, buru-buru deh ke sumur buat nimba air. Ternyata eh ternyata, yang kebelet bukan cuma saya sodara-sodaraa. Di sumur udah ada antrian sebelumnya yang mau ambil air buat buang air. Tapi karena saya perempuan, akhirnya ladies first. hahhaa..
Setelah hajat tertunaikan, saya lakukan penyiraman. Err.. ternyata emang susah disiram sodara-sodaraaa!! 'Makhluk' yang tadi ternyata masih belum beranjak dari lobang. Dan itu bikin mampet. Akhirnya, karena ditunggu yang lain, saya nyerah juga deh menyiramnya. Nah, giliaran si Radit nih yg buang air. Gak lama dia pun selesai. Dan tetap aja 'makhluk' itu tak bergeming. Dia sampe bolak balik ambil air di sumur cuma buat nyiram lobang WC sampe kata pak Manto dibilang mau ngisi bak mandi.
Akhirnya, aktifitas Radit yang rajin menyiram itu diketahui pak Manto. Dia bilang, "Ngapain bolak-balik bawa air? Mau ngisi bak?"
Terus kata Radit, "Enggak, pak.. ini ada batu, WC nya jadi mampet. Makanya saya siram."
Kata bapak, "Ohh, itu kerjaannya anak-anak kali. Sini saya liat"
Dan sodara-sodara, pak Manto dengan innocent nya, menganggap 'makhluk' itu batu, dia pegang dan angkat 'makhluk batu' itu dari tempatnya. Dan g lama, beliau pun kecewa. 'Makhluk' itu tidak keras, melainkan lembek. Karena ternyata yang dia pegang adalah TAI..
*ngakak guling-guling*
*ketawa sampe nangis*
#2. Believe it or not?
Nah, pada bagian pertama, sudah saya jelaskan bahwa kata pak Manto, di Pulau Biawak ada 'penunggunya'. Biasanya banyak yang melakukan pertapaan di sana. Hari pertama, kami sempat berdialog dengan beliau. Dia mewanti-wanti agar kami hati-hati berbicara. Dulu pernah ada kejadian, wartawan kesana digigit nyamuk, terus dia bilang "wah, banyak nyamuk nih".. Eh, sepanjang disana, dia malah dikerubutin nyamuk. Walaupun udah pake segala macem repellent tetep g mempan.
Nah, klo yang kami alami lain lagi ceritanya. Ketika salah seorang dari kami ingin melakukan night dive, kami sempet ngerumpi tentang keadaan pulau yang masih bersih. Tanpa bulu babi dimana-mana. Karena memang ketika menyelam di siang hari, kami g menemukan satu pun bulu babi. Akhirnya kami bilang dong, "Disini bagus, g ada bulu babi. G ky ditempat lain."
Setelah berkata begitu, ada yang nyeletuk. "Hati-hati, coba aja liat nanti, pasti ada."
Eh, setelah itu, yang melakukan penyelaman malam melihat banyak bulu babi di dasar laut yang sebelumnya g ada sama sekali.
#3. EO menyebalkan
I've told you before, kalau kami menyewa jasa EO untuk trip kali ini. Ya, karena kami ingin melakukan diving, kami butuh organizer untuk menangani perlengkapan diving. Agar kami agak santai karena semuanya sudah diurus. Perjalanan kali ini terbilang cukup murah untuk perjalanan diving. Di jadwalnya, kami mendapatkan 5 kali diving dan dua kali trip ke Pulau Cendikian dan Pulau Gosong.
Dari awal mungkin sudah mendapat isyarat yang tidak baik mengenai EO-nya. Peserta yang dari awal berangkat dari Jakarta berjumlah 9 orang, hanya dijemput dengan 1 mobil grand max. Tentu saja kami bertanya-tanya, apa muat? Akhirnya, 2 orang mengundurkan diri dari rombongan. Lalu berangkatlah kami.
Di perjalanan supir travelnya, menyetir tidak enak. Well, setelah ditanya, ternyata dia sudah beberapa malam tidak tidur. Such a dangerous trip. Dan ternyata, supirnya pun ikut nge-trip juga ke pulau, ikut diving pulaaa..
Kekecewaan kami bertambah, kami kemari dengan niat diving. 5 kali diving dalam trip ini. Tapi kami cuma diving sekenanya, karena mereka hanya membawa 6 tank oksigen. Pengalaman saya yang sudah-sudah ketika diving, walaupun mereka memiliki 6 BCD, tapi mereka pasti membawa tanki melebihi jumlah BCD, minimal sejumlah peserta. Selain itu, para peserta yang rata-rata masih belum memiliki diving license juga tidak diberitahu mengenai alat dasar maupun alat selam yang akan digunakan. Well, akhirnya saya menerangkan sedikit yang saya tahu kepada peserta lain. Fyi, ini menyangkut nyawa orang lain. Bagaimanapun, kita ingin safety dalam melakukan penyelaman. Dan benar saja, penyelaman pertama ada peserta yang mendapatkan porsi penyelaman lebih lama dari yang lain, dan ada yang tidak diving sama sekali. Untuk yang baru pertama kali diving, tidak dibagi dalam tim dan tanpa buddy dive. Saya sendiri sedang flu, jadi agak susah dan sakit melakukan ekualisasi dalam air. Di dalam air pun, saya ditinggal. Untung saya tidak panik dan cepat menuju permukaan. Walaupun sayang, tapi lebih baik saya tidak terlalu memaksakan diri dan memilih untuk berhenti.
Di hari berikutnya pun kejadian serupa terulang kembali. Sampai teman saya yang belum pernah diving pun kewalahan karena dibiarkan begitu saja tanpa ada dive buddy.
Koordinasi panitia dalam mengatur acara pun tidak bagus. Kami terlalu banyak dibiarkan mencari kegiatan sendiri. Walaupun kondisi alam tidak memungkinkan karena cuaca sedang buruk sehingga kami tidak bisa melakukan trip ke Pulau Gosong dan Cendikian, mereka lambat dalam mencari alternatif kegiatan untuk kami.
Sampai puncak kekesalan kami, ketika melakukan perjalanan pulang melewati gelombang tinggi, terombang ambing selama 5 jam di laut Jawa, lelah, mual, lapar, pusing, semua bercampur jadi satu. Kami berharap untuk dapat segera dijemput dengan mobil setibanya di Pelabuhan Karangsong, Indramayu. Tapi ternyata mobil sewaan yang seharusnya menjemput kami belum datang. EO bilang, mobilnya masih di bawa ke Bandung. Padahal jelas-jelas, seharusnya sudah dibayar untuk mengantarkan kami pulang. Mereka bilang mobilnya baru akan datang pukul 3 pagi, padahal saat itu baru jam 8 malam. Kami masih harus menunggu 7 jam lagi sampai dijemput. Gila apa!! Tanpa kompensasi makan malam sekalipun. Tanpa kejelasan. Kami sudah lelah dan mengantuk. Kalau g ingat saya ada di kampung orang, udah marah-marah lah saya. Untungnya tak perlu menunggu sampai jam 3 pagi, mobil penjemput pun datang pukul 1 dini hari.
Dan lagi-lagi menyetir dengan sembrono. Sabodo lah.. yang penting kami sampai dengan selamat. Sangat tidak saya rekomendasikan!! BLACK LIST!!
(Untuk menjaga nama baik, nama EO tidak saya publish. Tapi untuk mencegah kalian mendapatkan insiden yang sama, kalian bisa tanya langsung pada saya.)
***
Beberapa pelajaran dari peristiwa diatas,
#1. Lain kali saya akan makan dengan porsi cukup selama trip. Biar g sering-sering buang air. hehhee..
#2. Hati-hati kalau berbicara. Well, daerah itu bukan jajahan kita. G akan tau siapa 'penghuni'nya. Sebaiknya jangan sesumbar berbicara sembarangan.
#3. Ada harga ada kualitas. Hati-hatilah kalau memilih EO, walaupun harga murah, tapi teliti sebelum membeli. Bagaimanapun juga, kita berlibur untuk mencari kesenangan, bukan ditelantarkan apalagi sampai mengabaikan keselamatan.
Semoga bermanfaat untuk kalian,
Have a nice trip.