Rasa kangen laut dan pantai akhirnya tertunaikan juga :)
Minggu lalu, saya ke Pulau Biawak. Pulau di utara Pulau Jawa ini terletak sejauh kira-kira 40 mill dari garis pantai Indramayu.
Sebenernya niat g niat juga mau pergi kemarin, kondisi keuangan lagi tiris, tapi bener-bener sangat butuh liburan, runaway ke laut. Dan akhirnya, setelah membobol atm, berangkcut lah saya ke Pulau Biawak. Dengan modal percaya sama my travel mate, si Bhe, tanpa tau dan riset apa-apa tentang pulau itu,
Perjalanan ini dimulai dari meeting point di Mangga Dua Square pada Rabu malam. Kami di jemput sekitar pukul 9, dan setelahs semua berkumpul kami berangkat menuju Indramayu pukul 10.30. Dan kami sampai di Pelabuhan Karangsong, Indramayu pada pukul 5 pagi. Well, mengingat long weekend, keadaan Pantura agak sedikit padat. Tidak heran kami agak telat sampai. Fyi, kami berjumlah 9 orang, 7 orang dari Jakarta, 1 orang dari Bandung, dan 1 orang lagi dari Solo.
Seteleh semua perbekalan siap, kami melanjutkan lagi perjalanan laut dari Karangsong menuju Pulau Biawak. Perjalanan ini yang terberat diantara semuanya. Menuju lautan lepas sejauh 40 mill selama 4 jam terombang ambing di laut utara Jawa dengan gelombang yang tinggi. Lumayan juga rasanya, terombang ambing dan kepanasan di kapal klotok. Tapi, empat jam kemudian, terbayarkan sudah rasanya perjalanan kami begitu sampai ke pulaunya.
Pulau Biawak
Pulau Biawak merupakan sebuah pulau yang hanya dihuni 1 orang penjaga mercusuar, pak Sumanto namanya. Sehari-hari beliau hanya sendiri menjaga pulau itu. Ditemani anjing nya si Pleki, dan juga Biawak-Biawak yang berkeliaran bebas. Well, I never like reptile. Pulau Biawak memiliki fungsi untuk Navigasi Laut di Laut Jawa. Mercusuarnya sendiri sudah di bangun sejak zaman Belanda, kira-kira pada tahun 1872. Dan hingga saat ini masih kokoh berdiri. Saya sendiri naik kepuncaknya kemarin. Dari atas Mercusuar, pemandangannya sungguh indah. Hamparan hijau mangrove dikelilingi oleh birunya laut. Kombinasi yang luar biasa.
Pulau Biawak, dari dermaga pulau |
Biawak, maskot Pulau Biawak |
Dermaga Pulau Biawak, dilihat dari tepi pantai |
Mangrove di Pulau Biawak |
Untuk fasilitas disana, hanya ada rumah dinas pak Manto, Mercusuar, dan beberapa cottage yang tidak terpakai, dan fasilitas penelitian, kantor, dan penangkaran yang terbengkalai, sayang sekali. Untuk yang mencari kemewahan, Pulau Biawak tidak menyediakan fasilitas itu. Air tawar yang ada di pulau ini pun harus didapat dengan menimba. Dan listrik akan menyala mulai pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. Tapi, untuk yang biasa melakukan perjalanan dengan ala backpacking, supporting life disini masih lumayan. :)
Kegiatan Kami
Kami ke Pulau Biawak dengan menggunakan jasa EO, untuk melakukan Scuba Diving. Well, sejak saya mengambil lisensi diving 1 tahun yang lalu, ini kali keduanya saya melakukan diving. Agak ragu sebenarnya karena saya sedang terkena flu berat 2 mingg kemarin. Saya takut menemui kesulitan untuk melakukan ekualisasi di dalam air jika flu saya belum sembuh. Bisa fatal akibatnya jika saya tidak berhati-hati.
First entry |
Hari pertama sampai, kami makan, beristirahat sejenak dan bersiap untuk penyelaman pertama. Cuaca hari pertama bagus, air sangat tenang, dan kami bisa melakukan penyelaman langsung dari atas dermaga. Pemandangan bawah lautnya masih bagus, karena letak Pulau Biawak yang jauh dari pulau utama. Saya tidak terlalu banyak melakukan penjelajahan pada hari itu. Tapi sejauh mata memandang, hamparan hard coral berwarna warni dapat dengan mudah dijumpai. Biota yang lain yang ditemui ikan, christmast tree worm, teripang, kepiting, ikan pari, ikan nemo, dan penyu.
Keesokan harinya, cuaca kurang bersahabat untuk melakukan penyelaman. Angin berhembus kencang sehingga arus menjadi tidak tenang dan gelombang lumayan tinggi. Tapi, kami tetap mencoba melakukan penyelaman dari bawah dermaga. Tapi, sia-sia. Visibility nya tidak begitu bagus, karena material dari dasar laut teraduk karena arus dan agak berat untuk menembus gelombang. Well, pagi itu kami gagal melakukan penyelaman. Selain itu, rencana trip kami ke Pulau Cendikian dan Pulau Gosong pun batal karena terhalang gelombang tinggi. Akhirnya kami hanya melakukan penyeleman sore hari di spot berbeda, masih di Pulau Biawak. Di spot yang berbeda, keadaan arus agak tenang dan visibility kurang lebih 20 meter. Di spot ini, saya bisa melihat ikan pari di dasar laut.
after fun dive |
Esoknya, keadaan laut masih belum bagus. Diving pagi kami batal karena gelombang tinggi. Dan kami pun agak terlambat untuk melakukan perjalanan pulang karena cuaca buruk. Setelah agak siang, dan air pasang, akhirnya kami memutuskan untuk pulang pada pukul 3 sore. Perjalanan pulang lebih buruk daripada perjalanan kedatangan kami. Gelombang laut lebih tinggi, angin juga lebih kencang. Semua peserta trip memilih tidur untuk menghindari mabuk laut. Memang, keadaannya sangat parah. Dengan kapal kecil seperti itu, kami terombang ambing di lautan, kadang permukaan laut lebih tinggi dari posisi kapal, dan sedikit-sedikit air laut pun ikut masuk ke kepal. Well, herannya, saya sama sekali tidak mabuk laut. Padahal ini perjalanan terparah saya. Dan setelah 5 jam perjalanan laut, sampailah kami di Pelabuhan Karangsong, Indramayu.
Masing-masing, baik gunung, maupun laut, punya caranya sendiri dalam menguji mental seseorang. Dan dari alam pun kita dapat banyak pelajaran berharga, bahwa manusia adalah makhluk kecil yang tidak berdaya dan ada kuasa diatas kita untuk sesuatu. Belajar kepasrahan, untuk menerima bahwa bisa jadi itu adalah saat-saat terakhir kita. Dan tawakkal untuk setiap ketentuanNya.
And finally, pretty sunset after all :) |
Dan alhamdulillah, saya bisa pulang dengan selamat.
Btw, thank you Radit, fpr the photos :)
No comments:
Post a Comment