Hujan masih turun sedikit demi sedikit pada bulan Maret ini. Kadang teriknya matahari menemani seharian. Begitulah, musim peralihan yang cukup ekstrim.
Beberapa minggu ini, banyak hal yang terjadi.
Ayah saya masuk terkapar di rumah sakit. Belum pernah saya lihat kondisinya sepayah ini. Ya, diabetes yang sudah kronis dideritanya, sekarang menimbulkan berbagai permasalahan. Kondisinya menurun drastis pasca infeksi pada kakinya menjalar. Dokter pun sempat memvonis untuk mengamputasi kakinya. Mulai dari RS HGA, pindah ke RSCM, vonis tetap sama- amputasi. Karena beliau dan keluarga tidak rela kakinya diamputasi, maka kami pindahkan ke Jakarta Islamic Hospital (JIH). Dengan harapan, kondisnya baik psikis maupun penyakitnya bisa segera pulih.
Ketika perjalanan ke rumah sakit dengan ambulance, dengan sirine yang meraung-raung di subuh dini hari, tak hentinya saya menangis. Rasanya sangat hancur melihat orang tua sakit tak berdaya. . Tak tega rasanya melihatnya kesakitan. Walaupun, saya tau, saya harus menguatkan diri. Saling menguatkan dengan ibu saya, yang pasti merasakan rasa yang lebih hancur lagi.
Selintas teringat kenangan masa kecil lalu, dimana beliau masih kuat menggendong saya pada pundaknya. Masa kejayaannya, berkeliling mengajar dimana saja. Itu yang membuat saya menangis. Apa jadinya jika kakinya harus diamputasi? Tidak bisa kemana-mana, dan tergantung dengan kursi roda mungkin? Pasti akan sangat menjatuhkan mentalnya.
Ya Allah, tak hentinya saya berdoa, untuk kesembuhannya. Memberikan dukungan mental dengan menghiburnya. Saat ini, di JIH, ada dokter yang khusus menanganinya. Berangsur, keadaannya semakin tenang. Insyaallah luka di kakinya dapat ditolong. Semoga dapat kembali seperti sedia kala. Amin.
Terima kasih untuk saudara, kerabat, dan teman yang telah mendo'akan dan memberikan support pada keluarga kami. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan untuk kalian. Amin.
No comments:
Post a Comment