Pernah ketika saya mengantri membayar di kasir, di depan saya ada pasangan yang lagi bermesraan, sender-senderan, rangkulan, dan bergelantungan.. Err.. sampai saya agak jengah melihatnya. Mau pindah antrian g bisa, karena kasirnya cuma satu. Sedangkan mereka di depan saya persis. Ya pura-pura lah ngeliat kemana gituu.. Lha saya jadi bingung, ini kenapa dia yang pacaran saya yang justru gak enak yaa, bukannya mereka..
.
Ada juga yang di sosial media, bangga banget pacaran ala arteess Hollywood, bahkan di jadikan #relationshipgoal sama para followernya adek-adek abg gemessh.. dan pas putus, nangis meraung-raung.. lha kita mah ketawain aja deh, sambil bilang, 'siapa suruuhh..'
.
Sebenarnya PDA atau Public Display of Affection itu sah-sah aja sih menurut saya, as a marriage couple. Toh, sebenarnya itu hal yang alami kita lakukan kalau kita sayang sama orang, menunjukkan perhatian kita melalui sentuhan dan bahasa tubuh. Siapa coba istri yang g seneng, kalau lagi jalan harus selalu jalan di sebelah kiri suaminya, digadeng tangannya, dibukain pintu mobil, ditarikkin kursinya kalau mau duduk, dipersilahkan masuk lebih dulu sambil menahan tangan ketika masuk lift, dikecup kalau mau pergi kerja, dan hal-hal kecil lainnya.. Kami pun termasuk yang cukup ekspresif dalam menunjukkan affection in public place.. Justru kalau nggk begitu bakal dipertanyakan gak sih sama orang lain, kayak si Mr. Trump itu tuhh.. yang akhirnya bikin khalayak ramai bertanya-tanya.
.
Lalu bagaimana sih sebenarnya batasannya untuk memperlihatkan kemesraan di depan orang lain? Dalam agama pun sebenarnya sudah ada batasannya, bahwa yang boleh dilakukan adalah yang sewajarnya dilihat seperti memegang tangan, mencium tangan, mencium kening, selama hal tersebut tidak mengundang syahwat. Jika kita tidak suka atau jengah melihat kelakuan orang lain yang tidak senonoh di depan kita, ya jangan lakukan hal itu juga di depan orang lain. Get a room, please! Perihalalah rasa malu, simpanlah selebihnya di ranah privasi. Jaga juga perasaan para jomblo-jomblo itu biar hidupnya gak terlalu meranaa.. maaf yaa mblooo..
.
Nah, gimana kalau di media sosial.. Sejauh ini sih postingan yang sering saya lihat yaa (karena teman saya baik-baik) gak terlalu aneh-aneh banget. Masih standar menurut saya, mereka posting foto honeymoon nya, foto liburannya, atau lagi makan malam berdua. Yang udah kelewatan yaa paling foto maupun video selebgram karbitan, yang nikah aja belom udah mesra-mesraan di sosial media, ini sih bikin emak-emak zaman sekarang pusing gimana didik anak yeee..
.
Yaaapp, di sosial media juga ada batasannya, jangan sampai follower atau friendlist kita sampe eneg ngeliatin foto kita meluluk.. Kadang posting foto pasangan menikahpun bikin orang baper, kalau yang dilihat itu pasangan serasi yang laki-lakinya ganteng, pinter, mapan, yang perempuannya cantik, baik, stylish, dan anak-anaknya yang looks good.. And they look so perfect.. Mungkin dari komentar-komentarnya banyak yang mendoakan mereka, tapi bukankah pasti ada saja orang-orang yang memiliki angan-angan 'Ahh, seandainya suami/istriku seperti itu', lalu nge-tag pasangannya terus nulis 'Tuh, paahh/maaah.. kaya gitu doong jadi suami/istri..'
Nah,, sering kan ngeliat yang seperti itu?? Dikhawatirkan hal-hal tersebut membuat iri dan dengki pada hati-hati orang lain, jadi membanding-bandingkakan pasangan sendiri dengan seleb Facebook itu. Akhirnya, malah jadi memperburuk hubungan dengan pasangan. Yaa, padahal maah sosial media tempatnya pencitraan. Kita kan gak pernah tau ada apa dibalik kehidupan 'sempurna' mereka. Tapi banyak juga orang yang g berfikir seperti itu. Eh, malah jadi g bersyukur dengan hidupnya, padahal kan ya hidup orang beda-beda, tipe-tipe pasangan juga beda-beda.. ITUH..
.
Jadi, bersikaplah sewajarnya.. Kembalikan lagi ke diri sendiri, jika kita jengah melihat hal itu, ya lebih baik g usah kita lakukan. Jika kita g mau ngeliat postingan baper, ya jangan bikin orang lain baper sama kita.. Bersyukurlah, kalau punya pasangan yang suka nunjukin perhatiannya di depan umum sebagai tanda kasih sayangnya.. Kalau pun tipe pasangannya gak yang begitu, yaa setidaknya kita sendiri yang mulai tunjukkin kasih sayang ke pasangan kita. Kemesraan itu harus dijaga dan ditunjukkan yaa, walaupun sudah beranak pinak..
Yaaapp, di sosial media juga ada batasannya, jangan sampai follower atau friendlist kita sampe eneg ngeliatin foto kita meluluk.. Kadang posting foto pasangan menikahpun bikin orang baper, kalau yang dilihat itu pasangan serasi yang laki-lakinya ganteng, pinter, mapan, yang perempuannya cantik, baik, stylish, dan anak-anaknya yang looks good.. And they look so perfect.. Mungkin dari komentar-komentarnya banyak yang mendoakan mereka, tapi bukankah pasti ada saja orang-orang yang memiliki angan-angan 'Ahh, seandainya suami/istriku seperti itu', lalu nge-tag pasangannya terus nulis 'Tuh, paahh/maaah.. kaya gitu doong jadi suami/istri..'
Nah,, sering kan ngeliat yang seperti itu?? Dikhawatirkan hal-hal tersebut membuat iri dan dengki pada hati-hati orang lain, jadi membanding-bandingkakan pasangan sendiri dengan seleb Facebook itu. Akhirnya, malah jadi memperburuk hubungan dengan pasangan. Yaa, padahal maah sosial media tempatnya pencitraan. Kita kan gak pernah tau ada apa dibalik kehidupan 'sempurna' mereka. Tapi banyak juga orang yang g berfikir seperti itu. Eh, malah jadi g bersyukur dengan hidupnya, padahal kan ya hidup orang beda-beda, tipe-tipe pasangan juga beda-beda.. ITUH..
.
Jadi, bersikaplah sewajarnya.. Kembalikan lagi ke diri sendiri, jika kita jengah melihat hal itu, ya lebih baik g usah kita lakukan. Jika kita g mau ngeliat postingan baper, ya jangan bikin orang lain baper sama kita.. Bersyukurlah, kalau punya pasangan yang suka nunjukin perhatiannya di depan umum sebagai tanda kasih sayangnya.. Kalau pun tipe pasangannya gak yang begitu, yaa setidaknya kita sendiri yang mulai tunjukkin kasih sayang ke pasangan kita. Kemesraan itu harus dijaga dan ditunjukkan yaa, walaupun sudah beranak pinak..