Dalam menjalani pernikahan tentunya banyak mengalami pasang dan surut. Mulai dari fase adaptasi, adanya masalah-masalah dalam pernikahan, seperti ekonomi, konflik dengan keluarga, adanya anak, atau bahkan karakter dengan pasangan. Lalu bagaimana menyikapinya?
Menjalani pernikahan dengan iman dan taqwa.
Sekilas kata iman dan taqwa begitu mudah untuk diucapakan, begitu sering di dengar, tapi ternyata memiliki makna yang dalam, karena ia seperti prinsip-prinsip bagaimana seharusnya menjalankan pernikahan dalam keluarga muslim.
Karena, iman berarti percaya, maka apapun perintah Allah, pasti yang terbaik. Pasti Allah punya pengetahuan yang luas di atas kita, makhluknya. If Allah said so, maka lakukan, itu iman. Dan insyaallah, hikmah-hikmahnya pun akan kita peroleh dalam kehidupan kita, walaupun sebagai makhluk tentunya kita memiliki ego dan keterbatasan untuk menjalankannya. Tapi, jika kita percaya, kita niat melakukannya karena mengharap ridho Allah, nanti akan dimampukan.
Misalnya, Allah menyuruh istri taat kepada suami (selama tidak bertentangan dengan syariat), maka lakukan karena Allah menyuruh kita seperti itu, bahkan dalam suatu riwayat pahalanya sama dengan berjihad, karena mungkin hal itu tidak mudah dan bertentangan dengan ego. Tapi tentunya terdapat hikmah yang Allah berikan dibalik sebuah syariat yang turun kepada manusia.
Setelah iman, basic berikutnya adalah taqwa dalam menjalankan syariatnya. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Karena memang tidak mudah, tapi jika memang terasa sulit dalam menjalankan perintah Allah dalam pernikahan, lakukan semuanya karena Allah, karena ketaatan kepada Nya, karena mengharapkan ridho Nya, karena mengharapkan pahala Nya, bukan karena ingin dibalas oleh pasangan, lepaskan ekspektasi apapun terhadap makhluk (pasangan), sehingga jika nanti pasangan bersikap tidak seperti yang diharapkan kita tidak akan kecewa.
Selalu, kembali dan kembali lagi pada kenapa kita melakukan suatu syariat. Semata-mata karena taat, dan bekal taat adalah iman.